Jangan Asal Coba, Diet Ekstrem Bisa Berdampak Buruk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memiliki berat badan yang ideal merupakan dambaan banyak orang. Hal itu penting bukan hanya untuk penampilan semata, tetapi juga demi menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Karena itu, tidak heran bila sebagian orang memilih untuk melakukan diet khusus menurunkan berat badan. Sayang, ada saja orang yang memilih jalur untuk melakukan diet ekstrem demi menurunkan berat badan secara instan. Padahal, diet ekstrem dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh.
Hal tersebut dibahas dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia pada Senin (4/7/2022).
“Diet ekstrem ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan tentang pengetahuan gizi. Jadi, dia pikir diet itu tidak makan, padahal diet itu adaah makan sebenarnya,” kata General Practitioner/Master of Science Human Nutrion, Dr Ferry C Wirawan, seperti dikutip dari siaran langsung di kanal YouTube Partai Perindo.
Dia mengatakan, efek samping diet ekstrem pun tak main-main. “Jadi, mungkin kalau kalori defisit parah, sampai tidak ada asupan nutrisi, kurang cairan, jadinya nanti dia bisa gulanya rendah atau hipoglikemia, tensinya rendah atau hipotensi, sampai akhirnya dia bisa kolaps juga, itu yang bahaya,” papar Dr. Ferry.
Dr Ferry menjelaskan, pada orang yang tidak termasuk obesitas atau overweight, idealnya turun sekira 0,5 sampai 1 kilogram per minggu.
“Semakin besar atau semakin tinggi berat badan seseorang, itu penurunan berat badannya bisa lebih banyak di awal, dan itu enggak apa-apa. Tapi idealnya, orang turun berat badan tuh seminggu 0,5 sampai 1 kilogram, itu yang aman. Dan itu yang turun harus lemaknya, bukan cairan tubuh atau massa otot tubuh,” jelasnya.
Dr Ferry mengungkapkan, jika cara dietnya salah atau terlalu ekstrem, dapat memberikan ragam komplikasi pada tubuh. “Kalau caranya salah, itu bisa ada komplikasi seperti akut dan kronis. Misalnya, awalnya kekurangan nutrisi, mungkin karena kekurangan protein, rambutnya bisa rontok,” kata dia.
Kekurangan nutrisi dalam jangka panjang, sambung Dr Ferry, bisa menyebabkan komplikasi yang cukup serius.
“Kalau kurang nutrisi terus lama-lama massa ototnya habis juga, dan ketika massa ototmya turun, metabolisme tubuh ikut turun juga. Lama kelamaan ini bisa bikin dietnya mentok atau (berat badan) enggak turun lagi,” ungkapnya.
Karena itu, tidak heran bila sebagian orang memilih untuk melakukan diet khusus menurunkan berat badan. Sayang, ada saja orang yang memilih jalur untuk melakukan diet ekstrem demi menurunkan berat badan secara instan. Padahal, diet ekstrem dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh.
Hal tersebut dibahas dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntukIndonesia pada Senin (4/7/2022).
“Diet ekstrem ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan tentang pengetahuan gizi. Jadi, dia pikir diet itu tidak makan, padahal diet itu adaah makan sebenarnya,” kata General Practitioner/Master of Science Human Nutrion, Dr Ferry C Wirawan, seperti dikutip dari siaran langsung di kanal YouTube Partai Perindo.
Dia mengatakan, efek samping diet ekstrem pun tak main-main. “Jadi, mungkin kalau kalori defisit parah, sampai tidak ada asupan nutrisi, kurang cairan, jadinya nanti dia bisa gulanya rendah atau hipoglikemia, tensinya rendah atau hipotensi, sampai akhirnya dia bisa kolaps juga, itu yang bahaya,” papar Dr. Ferry.
Dr Ferry menjelaskan, pada orang yang tidak termasuk obesitas atau overweight, idealnya turun sekira 0,5 sampai 1 kilogram per minggu.
“Semakin besar atau semakin tinggi berat badan seseorang, itu penurunan berat badannya bisa lebih banyak di awal, dan itu enggak apa-apa. Tapi idealnya, orang turun berat badan tuh seminggu 0,5 sampai 1 kilogram, itu yang aman. Dan itu yang turun harus lemaknya, bukan cairan tubuh atau massa otot tubuh,” jelasnya.
Dr Ferry mengungkapkan, jika cara dietnya salah atau terlalu ekstrem, dapat memberikan ragam komplikasi pada tubuh. “Kalau caranya salah, itu bisa ada komplikasi seperti akut dan kronis. Misalnya, awalnya kekurangan nutrisi, mungkin karena kekurangan protein, rambutnya bisa rontok,” kata dia.
Kekurangan nutrisi dalam jangka panjang, sambung Dr Ferry, bisa menyebabkan komplikasi yang cukup serius.
“Kalau kurang nutrisi terus lama-lama massa ototnya habis juga, dan ketika massa ototmya turun, metabolisme tubuh ikut turun juga. Lama kelamaan ini bisa bikin dietnya mentok atau (berat badan) enggak turun lagi,” ungkapnya.
(tsa)